Dari kami, Tim Redaksi Buletin Pakci Vol. 78

 

Hai, Delayota!

 

Tim Redaksi Buletin Pakci kembali menerbitkan sebuah majalah informatif, edukatif, dan inspiratif sebagai perwujudan agenda tahunan ekstrakurikuler jurnalistik SMA Negeri 8 Yogyakarta. Ialah Buletin Pakci Volume 78 dengan mengusung tema "Digitalisasi di Masa Pandemi".

 

Buletin Pakci merupakan majalah sekolah dimana di dalamnya memuat informasi, berita terkini, ilmu pengetahuan, hingga berbagai karya sastra. Di masa pandemi COVID-19 ini, kegiatan manusia seakan tidak terlepas dari teknologi. Majalah ini memuat berbagai informasi tentang kesehatan dan teknologi yang diharapkan dapat menambah wawasan para pembaca. Informasi seputar SMA Negeri 8 Yogyakarta dan track record siswa berprestasi juga dimuat dalam majalah ini. Semoga dengan diterbitkannya Buletin Pakci Volume 78 ini dapat bermanfaat bagi warga Delayota.

 

Yogyakarta, Agustus 2021

Tim Redaksi



Bullpakc secara resmi diterbitkan dan diakses dimanapun dan kapanpun melalui laman: 

https://drive.google.com/file/d/1JLlumMad_6jP9xvNXPny1JzHLNLRv3BB/view?usp=sharing  

 

Sumber Gambar: Business vector created by jcomp

1. Atur waktu belajar dengan baik

Foto oleh JESHOOTS.com dari Pexels

Sistem daring biasanya memiliki waktu belajar yang jauh lebih fleksibel sehingga siswa bisa mempelajari materi tersebut kapan saja. Akan tetapi, hal ini seringkali menjadi bumerang tersendiri karena tak jarang dari mereka yang justru bermalas-malasan dan mengulur-ulur waktu belajar. Buatlah jadwal kegiatan belajar di rumah dan usahakan agar bisa mempersiapkan diri beberapa menit sebelum kelas daring dimulai.


2. Pilih spot belajar yang kondusif

Foto oleh Pixabay dari Pexels

Sistem belajar daring menuntut siswa untuk bisa beradaptasi di lingkungan yang berbeda 360 derajat dari biasanya. Hal ini dikarenakan belajar yang awalnya di sekolah menjadi di rumah. Terkait dengan lokasi belajar, cobalah untuk mencari spot terfavorit dan ternyaman yang ada di rumah. Selain lingkungan indoor, spot outdoor, seperti taman dan teras juga bisa menjadi tempat yang cocok untuk belajar.


3. Persiapkan perangkat digital

Foto oleh Pixabay dari Pexels

Selanjutnya, tips belajar daring yang tak kalah penting adalah mempersiapkan perangkat digital yang mumpuni. Pastikan jika jaringan intenet yang digunakan memiliki performa yang tetap stabil. Dengan demikian, perangkat digital tersebut dapat menampilkan dengan jelas bahan ajar yang diberikan baik berupa file, gambar, maupun video.


4. Ulangi setiap materi yang diberikan

Foto oleh fotografierende dari Pexels

Kesuksesan belajar daring sangat tergantung dari ketekunan dan keuletan masing-masing siswa dalam mempelajari materi yang diberikan. Salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan kompetensi meski harus daring adalah dengan mengulang-ulang materi yang telah diberikan. Siswa dapat membuat rangkuman materi ataupun mencatat poin-poin penting dari setiap pelajaran.


5. Lakukan diskusi aktif dengan teman atau guru

Foto oleh Monstera dari Pexels

Meskipun menerapkan sistem daring dari rumah, namun usahakan agar setiap siswa tetap aktif melakukan diskusi pelajaran dengan guru ataupun teman-temannya. Tujuan dari tips belajar daring yang ini adalah untuk memecahkan setiap soal yang belum diketahui jawabannya. Selain itu, ilmu yang diterimanya lewat daring juga bisa dikembangkan lagi. Kegiatan diskusi tersebut bisa dilakukan di luar jam kelas online.


6. Lakukan sesi break time

Foto oleh Lisa dari Pexels

Sesi break time atau jam istirahat sangat penting selama menjalani sistem belajar daring di rumah. Waktu-waktu istirahat tersebut bisa dimanfaatkan berbagai kegiatan favorit Anda sebagai peningkat mood booster. Dengan demikian, badan dan pikiran akan menjadi fresh kembali dalam menjalani aktivitas yang serba di rumah saja dalam masa pandemi.


7. Jauhkan dari berbagai macam distraksi

Foto oleh RODNAE Productions dari Pexels

Belajar di rumah sangat rentan menemukan berbagai macam distraksi atau gangguan. Contoh yang paling umum adalah gawai, televisi, binatang peliharaan, ataupun suara bising dari anggota keluarga. Oleh karenanya, jauhkan diri dari distraksi tersebut hingga proses belajar daring selesai. Bila perlu, gunakan earphone agar lebih fokus dalam mempelajari materi yang diberikan oleh sekolah.


8. Menjaga kesehatan selama di rumah

Foto oleh Pixabay dari Pexels

Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting dalam menjalani sekolah daring. Penerapan pola makan dan pola hidup sehat harus tetap diperhatikan meskipun semua kegiatan dilakukan hanya di rumah saja. Alangkah baiknya jika mempersiapkan diri sebelumnya dengan berpakaian rapi, makan makanan bergizi, berolahraga.

 

Penulis: Dyllesha Bonanza

Tim Produksi 

Bulan Ramadan datang lagi. Tahun ini memasuki 1442 H. Banyak info seputar puasa yang masih belum diketahui. Mungkin ada yang bertanya apakah penderita maag diperbolehkan puasa? Atau apakah tidur setelah sahur diperbolehkan? Bagaimana dengan berbuka puasa dengan makanan manis? Apakah dianjurkan? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut ada pada slide-slide di bawah. Tinggal digeser, sudah dapat jawabannya.

Tim Reporter Jurnalistik Delayota

Sudah lebih dari setahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Selama waktu tersebut banyak info tentang virus corona yang masih simpang siur. Beberapa belum jelas kebenarannya. Beberapa lagi mungkin belum ada yang tersampaikan, padahal bisa jadi itu adalah info yang penting. Ada satu di antaranya yang menarik, yaitu perihal Covid-19 yang bisa dijadikan sebuah game. Ada juga info-info lain mengenai Happy Hypoxia, tingkat kematian virus corona, dan bagaimana perasaan optimis dan bahagia dapat memengaruhi pasien pengidap Covid-19. Semua info tersebut dapat dilihat pada slide gambar-gambar di bawah ini. Lengkap dengan penjelasannya.

Tim Reporter Jurnalistik Delayota

 



Matanya mengerjap, sinar terang langsung menyambutnya dari arah jendela besar di depannya. Tirai putih menjuntai sampai lantai tersibak oleh angin segar yang menelusuk masuk. Sekali lagi ia mengerjap, menyadarkan dirinya kalau hari sudah beranjak siang. Dengan sekejap mata tubuhnya sudah tak berada di atas kasur. Berlari dengan paniknya masuk ke dalam kamar mandi.

 

Suara gemercik air terdengar saling beradu. Di dalam ruangan kecil berukuran 3x3 meter sudah seperti ada perang besar. Sangat berisik, belum juga terdengar suara benda jatuh berkali-kali. Tak berapa lama pintu itu terbuka memperlihatkan seorang gadis dengan seragam lengkap. Atasan putih bawahan abu-abu dan dasi yang menggantung di lehernya. Wajah paniknya masih belum lepas, mungkin malah bertambah parah.

 

“MAMA, TAS YUVI KEMANA?!” Gadis itu berteriak kencang setelah kesana kemari tidak juga menemukan tas putih miliknya.

 

“Mama mana tahu, coba cari di dalam lemari,” jawab Mama Yuvi dari arah dapur.

 

Secepat kilat Yuvi langsung membuka pintu lemari kayu yang ada di sebelah kasurnya. Hebat! Bagaimana bisa Mama tahu tasnya berada di sana padahal beliau tidak menghampiri ke kamarnya. The Power of Emak-emak! Yuvi mengambil tas itu dan segera ia isi dengan berbagai macam buku, sangat acak yang penting membawa buku.

 

Setelah selesai menggunakan sepatu dan merapikan rambutnya, ia keluar kamar dengan sangat tergesa. Jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh, 15 menit sebelum bel masuk berbunyi. Gadis itu lari terbirit-birit menghampiri Mamanya yang sedang asik memasak. Tangannya terlurur untuk menyalimi Mama.

 

“Mama cepetan, nanti Yuvi telat,” geram Yuvi karena tak kunjung mendapat balasan.

 

Sedangkan Mama Yuvi menatap anaknya dengan tatapan bingung. Ada apa ini pagi-pagi minta disalami, pakai seragam lengkap pula. Mungkin seperti itu isi pikiran perempuan paruh baya itu.

 

Merasa ada yang salah ia membuka suara setelah mematikan kompor yang di atasnya terdapat panik berisi rebusan air. “Kamu mau kemana kok pakai seragam lengkap?”

 

“Ish Mama, kalau pake seragam ya jelas mau ke sekolah.” Yuvi menggerutu keras dengan wajah memerah. Sudah terlambat bangun, perlu menghadapi Mamanya yang menyebalkan lagi. Sungguh sial harinya.

 

“Kam–” Ucapannya terhenti karena Yuvi sudah lebih dulu berlari keluar dengan teriakan menggelegarnya.

 

“Mama lama, Yuvi berangkat dulu nanti telat! Assalamualaikum!”

 

Ia menggeleng tak percaya. Sebenarnya apa yang terjadi dengan anaknya? Atau jangan-jangan Yuvi dirasuki arwah gentayangan. Membayangkannya saja sudah membuat tubuhnya bergidik ngeri. Perhatiannya kembali pada berbagai macam sayuran yang sudah ia potong di atas talenan. Biarkan anaknya sadar sendiri.

 

Tok. Tok. Tok.

 

Tubuhnya bergerak mondar-mandir dengan jemari yang saling memijat. Kepalanya langusng menoleh ke arah pintu yang sudah dibuka si pemilik. Syukur sahabatnya masih di rumah, ia tidak akan terlambat sendirian. Perempuan berambut pendek dan… Kenapa sahabatnya ini memakai masker? Bukankah sahabatnya ini sangat anti memakai masker? Ada apa sebenarnya? Komplek rumahnya juga sepi, Ibu-ibu yang biasa bergosip sambil menyapu juga tidak ia lihat.

 

“Lon, kok kamu ga pake seragam? Ayo buruan nanti telat!” Kata Yuvi yang menggundang tatapan binggung di wajah Lona – sahabat Yuvi.

 

“Kamu juga kok segala pake masker, lagi jerawatan kamu?” cerocos Yuvi dengan wajah sebal.

Lona mundur beberapa langkah ketika Yuvi berusaha menggapai lengan tangannya. “Bentar deh, Yuv. Ini kamu ngelindur atau gimana?”

       

Lihat, mereka sama-sama menampilkan wajah kebingungan. Lona yang yang tiba-tiba menghindar ketika ia ingin meraih tangan gadis itu, semakin membuat otaknya pusing. Dunia sedang ada masalah apa? Rasanya ada yang aneh, atau malah dirinya yang aneh? Entahlah, ia hanya ingin cepat sampai sekolah sebelum bel masuk berbunyi dan itu 10 menit lagi.

 

“Apa sih, Lon! Kamu cepetan ganti bentar lagi masuk sekolah kan.”

 

Lona manggut-manggut berhasil mencerna sikap aneh sahabatnya. “Tenang dulu Yuv, ini kamu pasti telat bangun?” Yuvi mengangguk sebagai balasan tentu dengan muka lugunya.

 

“Pantes, kamu ga inget apa kita ini lagi dilanda pandemi. Kepalamu itu habis kebentur apa?”

 

Kedua bola matanya mendelik dengan kagetnya. Ia menpuk jidatnya keras, ada apa dengannya sebenarnya. Pantas komplek rumahnya sepi, Lona yang menggunakan masker dan Mama yang kebingungan ketika diajak salaman. Rasanya sangat malu, sudah keluar terbirit-birit dengan panik, menggunakan seragam legkap pula. Sudah lengkap membuat pipinya merona merah. Ia merutuki dirinya sendiri dalam hati. Sifat pelupanya sungguh sangat parah.

 

“Aduh, kenapa lagi aku bisa lupa! Otakku sepertinya perlu di benahi.”

 

Lona tertawa menanggapi kecerobohan sahabatnya ini. “Kamu ini! Sana balik, kamu ga pake masker bahaya tau di luar rumah.” Lona memperingati.

 

Mulut Yuvi maju beberapa senti. “Ngusir ceritanya? Malu banget aku mau balik, pasti Mama ketawain aku nanti.”

 

“Masa bodo’ Yuv, bye!” Dengan tidak sopannya Lona langsung menutup pintu dan masuk ke dalam rumah. Dasar sahabatnya memang sangat menyebalkan. Kalau ia tidak kenal dekat dengan Lona sudah pasti rambut gadis itu sudah ia jambak dengan membabi buta.

 

Dengan mengendap-endap ia kembali berjalan ke rumahnya yang hanya berjarak satu nomor dari rumah Lona. Sampai di depan pintu rumahnya ia membukanya pelan, takut Mamanya tahu. Mau taruh mana nanti wajahnya. Berhasil! Misi membuka pintu dengan perlahan sukses besar. Sekarang hanya tinggal berjalan lurus masuk lalu berbelok ke kanan masuk ke kamarnya. Tapi sialnya ia harus melewati dapur terlebih dahulu, suara ricuh dari sana sudah memastikan bahwa Mama masih sibuk bergelut di dapur.

 

Ia menarik napasnya dalam-dalam. Berjinjit ia berjalan mendekat ke arah kamarnya. Mama sedang asik menggoreng bawang, aromanya sungguh sangat nikmat. Bukan! Tujuannya masuk ke kamar tanpa ketahuan bukannya malah terlena dengan aroma masakan Mama. Tangannya sudah siap memutar knop pintu.

 

“Sudah sadar?” tanya Mama mengagetkan Yuvi. Gadis itu meloncat kaget dan mengelus dadanya.

 

Dengan cengiran ia berbalik menatap Mama, mengusap tengkuknya yang tidak gatal. Siap-siap sebentar lagi pasti Mama akan ketawa. Lihat Mama sedang pemanasan dengan membuka mulutnya lebar dan tak selang lama tawa keras Mama terdengar.

 

“HAHAHAHA!” Tuhkan benar!

 

Yuvi mencebikkan bibirnya. “Mama kenapa ga kasih tahu Yuvi, aku jadi malu tadi sama Lona.”

 

Masih dengan tawa yang tersisa Mama membalas. “Gimana mau kasih tahu, orang kamunya udah lari keluar. Mana muka kamu panik banget, haha!”

 

“Ya, bayangin deh, Ma. Bangun-bangun lihat udah jam 06.20, siapa yang ga panik?”

 

Mama mematikan kompornya takut gosong. “Kamu itu kayak baru sehari libur karena pandemi. Udah masuk 2 bulan Yuvi dan kamu masih belum kebiasaan?”

 

“Kayaknya gara-gara tadi malem mimpi telat masuk ke sekolah, jadi parno,” balas Yuvi sambil menarik kursi di ruang makan yang bersebelahan dengan dapur.

 

Mama kembali menghidupkan kompornya dan memasukkan tempe cincang dan juga kangkung hijau yang tampak segar. Yuvi hanya menatap Mama yang sibuk mengaduk dengan sendok sayur, ia tidak tahu apa-apa dengan dunia memasak. Ia lebih memilih membersihkan satu rumah daripada harus berhadapan dengan dapur. Bisa kebakaran rumahnya nanti.

 

“Lain kali jangan sampai lupa! Kamu keluar ga pake masker bisa didenda kamu nanti, paling parahnya bisa kena virus. Bayanginya bikin takut,” ucap Mama di sela-sela memasak.

 

Lagi-lagi Yuvi merutuki dirinya. Bersamaan ia juga berharap virus itu tidak masuk ke tubuhnnya. Covid-19, mendengarnya saja membuat sekujur tubuhnya lemas seketika. Bagaimana tidak, banyak pasien yang kehilangan nyawa karena terkena virus. Ia tidak ingin mati muda, masa depannya masih panjang.

 

Kepalanya menggeleng mengusir semua pikiran buruk. Ia kembali menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh tepat. Menarik napas lega karena semua itu hanya karena kecerobohannya. Namun hatinya tidak tenang, masih ada hal yang mengganjal. Ia mendongak berpikir sejenak.

 

Tubuhnya menegang seketika. Berdiri dengan hebohnya sampai kursi yang tadi ia duduki jatuh ke belakang. Tidak memedulikan kursi itu, ia langsung berlari masuk ke kamarnya. Mencomot ponselnya yang ada di atas meja belajar dan membuka grup kelasnya.

 

Kini ia benar-benar panik. Ia telat mengikuti kelas yang dilaksanakan secara daring. Pertemuan online sudah dimulai sejak 15 menit yang lalu. Terima nasib saja, selain tertinggal pelajaran laman untuk absen sudah di tutup sejak 5 menit lalu. Sungguh tidak mengenakan, kehadirannya kosong di hari pertama sekolah setelah libur satu minggu.

 

Dengan lemas ia duduk di kursi yang berada di depan meja belajar. Ingin marah karena gurunya terlalu ketat tapi ia juga salah. Kenapa juga hari pertama harus guru itu yang mengajar. Ia tidak bisa masuk pada laman pertemuan daring karena sudah ditutup, absen juga tidak bisa. Berakhirlah ia hanya menatap layar ponselnya dengan miris. Sedetik kemudian ia berteriak sebal.

 

“MAMA AKU BENERAN TELAT, HUA!”   

 

Oleh: Husna Felisa Cahyani

Sumber Gambar:

People vector created by stories -www.freepik.com

Clock vector created by freepik -www.freepik.com

School vector created by freepik -www.freepik.com

Ilustrasi penggunaan strap mask. 


Pandemi COVID-19 yang tidak kunjung usai membuat masyarakat harus terus menggunakan masker. Hal ini lantas memunculkan sebuah inovasi yaitu penggunaan strap mask yang menjadikannya tren baru-baru ini. Strap mask sendiri adalah tali panjang yang dikaitkan pada karet masker. Biasanya terbuat dari manik-manik, rajut, dan rantai.

 

Penggunaan strap mask bertujuan untuk menggantung masker sehingga penggunanya tidak perlu melepas masker dan menaruhnya di sembarang tempat. Hal ini selaras seperti yang diungkapkan Elisa (16), seorang pelajar yang kerap kali menggunakan strap mask.

 

“Karena saya orangnya cukup ceroboh, saya memakai strap mask agar masker tidak mudah hilang. Selain itu, saat ingin membuka masker saya tidak perlu menaruh masker di sembarang tempat, cukup digantungkan di leher untuk meminimalisir bakteri yang menempel,” jawabnya ketika ditanya alasan menggunakan strap mask.

 

Baginya menggunakan strap mask sudah menjadi kebiasaan sendiri. Strap mask memberikan kenyamanan dan berguna bagi dirinya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Ini menyebabkan strap mask menjadi sesuatu yang penting.

 

Selain memberikan kenyamanan, penggunaan strap mask dapat menjadi ajang fashion. Bentuknya yang menarik serta warnanya yang beragam menambah look tersendiri. Yuha (16), seorang pelajar yang juga sering menggunakan strap mask setuju dengan anggapan bahwa strap mask bisa digunakan sebagai fashion.

 

“Aku sih lumayan (menganggap strap mask adalah fashion), karena pakenya nyocokin warna baju sendiri,” tuturnya.

 

Terlepas dari penggunaan strap mask yang memberikan manfaat, ada dampak negatif yang tidak disadari. Bakteri bisa saja menempel pada masker saat digantungkan begitu saja. Ketika nantinya masker tersebut dipakai kembali, bakteri tersebut bisa masuk ke dalam hidung atau mulut. Hal ini yang menimbulkan pro kontra di kalangan masyarakat. Banyak tenaga kesehatan yang tidak menyarankan penggunaan strap mask. Beberapa masyarakat pun sudah mengetahui tentang anjuran tersebut, tapi mereka lebih memilih untuk tetap menggunakan strap mask.

 

“Kalau menurutku ya, yang kayak gini nggak bisa kita hindari sih. Makanya kenapa masker lebih baik diganti. Kalau sudah beraktivitas di luar langsung dibuang. Kalaupun nggak pakai strap mask, seandainya orang yang lagi makan juga kebanyakan maskernya taruh di dagu dan di atas meja, sama aja kan terbuka juga. Juga ada potensi bisa ketempelan virus, kok. Jadi menurutku ya sama aja. Yang penting pandai-pandai kita lakukan protokol kesehatan dan buang masker setelah beraktivitas di luar,” kata Safira (20) dalam mengemukakan pendapatnya mengenai dampak negatif dari penggunaan strap mask. Ia sendiri juga memakai strap mask setiap saat.

 

 Lalu bagaimana menurut pandangan medis? Jihan Izzatun Nisa, alumni SMA Negeri 8 Yogyakarta yang merupakan lulusan kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menyampaikan pendapatnya terkait penggunaan strap mask. Menurutnya penggunaan strap mask menyesuaikan pada kebutuhan penggunanya. Yang terpenting adalah bagaimana cara kita merawat strap mask tersebut agar tidak menjadi sumber penyebaran penyakit.

 

 Dari sudut pandang medis sendiri, Jihan tidak merekomendasikan penggunaan strap mask. Hal ini dikarenakan penggunaan strap mask cenderung membuat masker sering dinaik-turunkan. Permukaan dalam masker seharusnya tidak boleh terkena lingkungan sekitar karena beresiko terpapar kuman. Terlebih dengan penggunaan strap mask membuat tangan kita semakin sering menyentuh masker dan meningkatkan kontaminasi kuman di tangan.

 

Jihan lalu merekomendasikan penggunaan sterilizer box sebagai alternatif lain yang lebih aman untuk menggantikan fungsi strap mask sebagai alat untuk menyimpan masker.

 

Penulis: Fatimah Nadia Eka Putri

 

Ilustrasi perempuan sedang bermimpi. 


Matahari mulai memancarkan sinarnya dan mulai menembus jendela. Sinar matahari yang masuk itu berusaha untuk membuka paksa mata Lily yang masih terpejam.

 

“Aduhh silau...”

 

Percuma, berat rasanya bagi siswa tersebut untuk membuka matanya. Setelah dua alarm terlewati, akhirnya Lily bangun dari tidurnya. Lalu, ia segera makan, mandi, dan meraup wajah untuk sedikit menghilangkan rasa kantuknya. Hari itu, sekolah Lily mengadakan program latihan soal untuk mempersiapkan ujian semester secara daring. Saat jam menunjukkan pukul 08.00 WIB, Lily mulai mengerjakan empat puluh soal pilihan ganda dan lima soal uraian yang diberikan oleh guru.

 

Pukul 11.20 WIB, Lily akhirnya selesai mengerjakan latihan soal tersebut. Ia merasa lega dan senang. Akhirnya siang nanti Lily dapat mengobati rasa kantuknya dengan menikmati tidur siang. Tak biasanya ia merasa mengantuk saat siang begini. Lily pun terjun ke atas kasur empuknya. Ia mulai memejamkan mata. Namun, tiba-tiba suara notifikasi handphone-nya berbunyi.

 

'Ting!'

 

Lily pun melihat notifikasi pada Google Classroom di handphone-nya. Teringat, ternyata tugas biologi sebanyak sepuluh uraian belum Lily kerjakan. Padahal, deadline tugas tersebut yaitu pukul 20.00 WIB hari ini. Panik. Lily segera bangkit dari tempat tidurnya dan mulai mengerjakan tugas tersebut di meja belajar.

 

Tiga puluh menit berlalu, rasa kantuk Lily datang kembali. Kali ini sangat berat sehingga sulit untuk menahan kantuknya, juga lelah. Mengerjakan banyak latihan soal dan tugas hari ini membuat otak Lily hampir meledak. Namun, tetap ia paksa. Motivasi Lily saat ini adalah “Harus selesai mengerjakan supaya bisa tidur!”

 

Tidak disangka, kali ini tugas biologi berhasil Lily kerjakan sampai tuntas tanpa hambatan apapun. Terlalu lancar, sehingga membuat Lily merasa heran. Ia tidak pernah selancar ini dalam mengerjakan tugas.

 

“Tok-tok! Kak, ada apel buat Kakak di meja makan. Nanti diambil, ya!”

 

Tiba-tiba suara ketukkan pintu kamar terdengar. Lily sedikit terkejut. Anehnya, setelah suara ketokkan pintu terdengar, rasa kantuk Lily tiba-tiba menghilang. Otak Lily terasa segar dan tidak lelah seperti tadi siang. Ada rasa sedikit mengganjal, namun ia tidak tahu apa itu. Lily berusaha untuk tidak peduli, karena yang terpenting yaitu tugasnya sudah selesai. Saat itu waktu menunjukkan pukul 17.30 WIB. Lily mengambil handphone-nya dan bersiap-siap untuk mengumpulkan tugas biologi di link yang sudah disediakan oleh guru Lily. Lily mulai membuka buku tulis biologinya. Lily terkejut kembali, ia hanya melihat dua soal yang sudah tergarap, delapan soal lainnya masih kosong.

 

“Loh, perasaan tadi udah selesai sepuluh soal.”

 

Kemudian Lily berusaha mencari kertas jawaban delapan soal yang sudah ditulisnya, barangkali kertas tersebut robek dan terjatuh. Namun, hasilnya nihil. Tidak ada kertas yang jatuh atau terselip di buku nya. Lily pun sadar, ternyata tadi siang ia tertidur di meja belajar padahal ia belum selesai mengerjakan tugas Biologi-nya.

 

“Jadi Cuma mimpi?” tanya Lily pada dirinya sendiri.

 

-fin-

 

Oleh: Sania Dyna Khalida

 

Sumber Gambar:

Coffeevector created by pch.vector - www.freepik.com

Schoolvector created by pch.vector - www.freepik.com